Adanya temuan bahwa Australia menyadap pembicaraan telepon seluler SBY
dan beberapa pejabat Indonesia memang mengejutkan mengingat saat itu
teknologi 3G juga masih berkembang di Indonesia. Namun, fakta memang
membuktikan bahwa teknologi telekomunikasi se-modern 3G pun memang masih
bisa disusupi oleh tindakan ilegal macam itu
Dilansir Ars Technica (29/12/10), pada 2010 lalu, atau setahun setelah
Australia melakukan penyadapan terhadap SBY, para peneliti keamanan
telekomunikasi dari Security Research Labs berhasil membeberkan sebuah
cara untuk mengakali enkripsi komunikasi 3G. Hal ini kemudian mereka
beberkan dalam Chaos Computer Club Congress yang diselenggarakan di
Berlin.
Menariknya, klaim para peneliti ini, melakukan penyadapan terhadap
jaringan GSM generasi ketiga tersebut bisa dilakukan dengan biaya hanya
USD 15 atau sekitar Rp 150 ribuan (dengan kurs saat itu), dan waktu 3
menit saja.
Bahan yang dibutuhkan hanyalah phone hub untuk 4 telepon sebagai
sniffer, sebuah laptop, dan tentunya script perangkat lunak yang
berlisensi open source. Dengan sedikit keahlian otak-atik bahasa
pemrograman, telekomunikasi 3G pun bisa disadap.
"GSM itu tak aman, hal ini dikarenakan banyak ilmu yang beredar mengenai GSM," kata Karsten Nohl, salah satu peneliti.
Untuk membuat sniffer ini sendiri peneliti tersebut memanfaatkan sebuah
firmware dari ponsel murah Motorola dengan jaringan GSM. Nantinya,
firmware ini sudah mampu digunakan untuk menerima data mentah dari
operator seluler, dan bisa dianalisis lebih lanjut oleh para penyadap.
Dengan ditambahi koneksi USB, data ini pun kemudian bisa dipantau secara
real-time lewat komputer oleh siapa saja yang dikehendaki.
Para peneliti sendiri juga memperkirakan bahwa operator 3G kebanyakan
mengerahkan sisi keamanan pengguna pada akses internet saja. Sementara,
akses telepon dan SMS kebanyakan memang dibiarkan begitu saja tanpa
adanya enkripsi yang memadai.
Dalam kasus penyadapan terhadap Presiden SBY sendiri ditengarai DSD dan
NSA menyadap lewat jaringan UMTS di perangkat GSM. Pada saat itu, memang
sudah banyak operator seluler di Indonesia dan Asia Tenggara yang
menawarkan jaringan 3G meskipun perangkat pendukungnya yang masih minim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar